Euforia peristiwa 212 di Monas tempo hari masih terkenang di dalam ingatan karena begitu banyak saudara muslim yang hadir dari berbagai suku, daerah, dan kalangan tumpah ruah di sana. Guyuran air hujan menambah syahdunya momen itu. Ya Allah, indah sekali agamamu, gumamku, Setelah bertahun-tahun aku hidup dalam pertanyaan tanpa jawaban mengenai kenapa sesama muslim memusuhi dan melakukan bully terhadap muslim yang lain? Kini aku tau jawabannya. Bukan muslim sesungguhnya jika tidak bisa saling berkasih sayang dan memaafkan. Didalam diriku pun masih banyak rasa benci terhadap muslim yang suka bergunjing dan suka melakukan fitnah. Padahal aku sendiri masih suka bergunjing (namun insyaAllah tidak melakukan fitnah). Momen 212 menyadarkanku bahwa ini agama yang dibawa nabi. Ini agama yang diridhoi Allah. Kenapa terkadang aku merasa hampa dalam hidup? Mungkin hatiku kosong. Aku jauh dari Allah. Momen 212 menyadarkan aku bahwa aku hidup untuk Allah, aku bekerja karena Allah, dan aku mati karena Allah. Sungguh semua kembali kepada-Nya.
Beberapa hari setelah 212, saya berniat untuk menjaga wudlu selama terjaga (tidak tidur). Akhir jaman yang tersirat dalam Al Quran semakin jelas di depan mata. Pertanyaan selanjutnya yang muncul di benak saya adalah kapan saya memulai untuk hijrah ke jalan Allah? mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Jika kematian begitu dekat, siapkah aku? Pertanyaan itu selalu muncul di saat pikiran hendak dihinggapi bisikan setan.
Hari ini, Selasa 8 Desember 2016, aku akan mencoba menjaga wudhuku selama aku terjaga. Semoga Allah meridhoi jalanku. Menguatkan dalam istiqomah yang aku jalani. Dan menjadikan aku salah satu manusia yang beruntung, aamiin.